Sabtu, 18 Desember 2010

FRAKTUR

LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR

2.1 DEFENISI
a.       Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh (Harri Prawira Ezeddin, 2008).
b.      Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang
c.       Menurut Doenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.
d.      Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.

2.2  ANATOMI FISIOLOGI
Fungsi Tulang secara umum :
1.      Formasi Kerangka : tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk menentukan bentuk dan ukuran tubuh, tulang-tulang menyokong struktur tubuh yang lain.
2.      Formasi sendi : tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional, sendi yang bergerak menghasilkan bermacam-macam pergerakan
3.       Perlengketan otot : tulang-tulang menyediakan permukaan untuk tempat melengketnya otot, tendo dan ligamentum untuk melaksanakan pekerjaannya.
4.      Sebagai pengungkit : untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan
5.      Menyokong berat badan : memelihara sikap tubuh manusia dan menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang, dapat menjadi kaku dan menjadi lentur.
6.      Proteksi : tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi struktur yang halus seperti : otak, medulla spinalis, jantung, paru-paru, alat-alat dalam perut dan panggul.
7.      Hemopoiesis : sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel darah yang sebagian besar pada sumsum tulang merah.
8.      Fungsi imunologi : limfosit B (membentuk antibody) dan makrofag (fagositosis)  dibentuk dalam system retikuloendotel sumsum tulang.
9.      Penyimpanan kalsium : tulang mengandung 97% kalsium yang terdapat dalam tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam-garam terutama kalsium fosfat.

Suplai darah tulang
1.      Tulang-tulang panjang
a.       Arteri nutrisia : arteri tunggal yang berbelok-belok masuk foramen  nutrisia oblik keatas atau kebawah menuju kea rah yang berlawanan untuk pertumbuhan tulang, satu arteri disertai dengan 1-2 buah vena selama dalam korteks arteri memberikan cabang-cabang menuju kanalis havers.
b.      Arteri periosteale : arteri kecil yang menyuplai periosteum berjalan sepanjang  perlengketan otot
c.       Arteri metapisiale : rangkaian yang membentuk anastomosis di sekeliling sendi yang disebut sirkulus vaskulosus, cabangnya masuk melalui foramina vaskularis tempat keluarnya vena-vena epifise
2.      Tulang-tulang gepeng
Arteri epifisiale sebuah arteri nutrisia tunggal dan bercabang-cabang, sejumlah cabang menyuplai subtansia spongeosa dalam subtansia kompakta tulang
3.      Tulang-tulang iga
Arteri nutrisia memasuki tulang distalis dari tuberkulum kosta dan membagi diri menjadi cabang-cabang anterior longus dan posteriori brevis yang menyuplai seluruh bagian tulang iga
4.      Tulang-tulang vertebrae
Terdapat 2 buah arteri yang besar memasuki permukaan posterior korpus vertebrae. Arkus neuralis disuplai oleh pembuluh darah yang memasuki prosesus transverses, bercabang menuju prosesus spinosus foramina ke vena vertebralis pada permukaan posterior korpus vertebrae

Suplai persarafan
Tulang-tulang disuplai oleh serabut-serabut saraf vasomotor. Periosteum sangat sensitive terhadap rangsangan umum dan sangat banyak disuplai serabut saraf somatosensoris terutama ujung sendi tulang panjang




2.3  ETIOLOGI
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
a.      Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b.      Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan.
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
c.       Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang.
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

2.4  KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dibedakan atas beberapa klasifikasi, antara lain:
1. Klasifikasi etiologis
a.       Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
b.      Fraktur patologis. Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang.
c.       Fraktur stres. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.
2. Klasifikasi klinis
a.       Fraktur tertutup (simple fracture). Suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar
b.      Fraktur terbuka (compound fracture). Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar)
c.       Fraktur dengan komplikasi (compicated fracture). Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, infeksi tulang.

3. Klasifikasi radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas:
1. Lokalisasi
a.       Tidak ada dislokasi
b.      Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
-          Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut
-          Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
-          Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
-          Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan memendek.
2.      Konfigurasi
a.       Fraktur transversal (patah melintang)
b.      Fraktur oblik (garis patah miring)
c.       Fraktur spiral (patah melingkar)
d.      Fraktur Z
e.       Fraktur segmental
f.       Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen
g.      Fraktur baji, biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
h.      Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo, misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur patela
i.        Fraktur depresi, karena trauma langsung, misalnya pada tulang tengkorak
j.        Fraktur pecah (burst), dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah, misalnya pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus
 
















3.      Menurut ekstensi
a.       Fraktur total
b.      Fraktur tidak total (fraktur crack)
c.       Fraktur buckie atau torus
d.      Fraktur garis rambut
e.       Fraktur green stick (pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek).

4.      Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
a.       Tidak bergeser (undisplaced)
b.      Bergeser (displaced)
-          Bersampingan
-          Angulasi
-          Rotasi
-          Distraksi
-          Over-riding
-          Impaksi

2.5  MANIFESTASI KLINIS
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik fraktur adalah sebagai berikut:
a.      Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b.      Bengkak/edema
Muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
c.       Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
d.      Spasme otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
e.       Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.
f.       Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

g.      Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
h.      Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
i.        Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
j.        Shock hipovolemik
Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

2.6  KOMPLIKASI
a.       Mal Union ; suatu keadaan dimana tlang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b.      Non Union ; sambungan tulang yang terlambat dan tulang patah yang tidak menyambung kembali.
c.       Delayed Union ; proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
d.      Sindrom Kompartmen ; ditandai oleh kerusakan atau kematian saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur.
e.       Kontraktur
f.       Kekakuan Sendi
g.      Osteomielitis ; infeksi akar tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).


2.7 
Proses patologis
(Tumor, Infeksi, Osteomielitis)
 
Trauma lagsung dan tidak langsung
 
PATOFLOW

 



























2.8  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  1. Pemeriksaan Rontgen, menentukan lokasi/ luasya fraktur/ trauma.
  2. Scan tulang, tonogram, scan CT / MRI ; mmperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
  3. Arteriogram ; dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
  4. Hitung darah lengkap ; hemtokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan pada sisi fraktur), peningkatan jumlah leukosit.
  5. Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin.

2.9  PROSES PENYEMBUHAN TULANG
  1. Formasi hematom (48-72 jam)
Darah mengumpul sekitar tulang yang patah sehingga terbentuk hematom. Terbentuk jaringan dan fibrin yang akan menjadi tempat untuk fibroblast berkembang dan membentuk jaringan kapiler yang baru.
  1. Proliferasi
Berberapa hari berproliferasi dan differensiasi fibrokartilago, hyaline pada tepat fraktur kemudian menjadi osteogenesis.
  1. Formasi Procalles
Setelah cedera jaringan granulasi berubah menjadi formasi procallus terbentuk kartilago dan matriks tulang terjadi penyabungan ujung tulang dengan cepat tetapi belum kuat.
  1. Osifikasi
(3-10 minggu kasus berubah menjadi tulang)
  1. Konsolidasi dan remodelling.
Terbentuk tulang yang kuat akibat aktivitas osteoblast dan osteoklast.




2.10  PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobiusasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak. Jenis-jenis fraktur reduction yaitu:
a. Manipulasi atau close red
Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.
b. Open reduksi
Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screlus, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.
c. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam yaitu:
1)      Skin traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
2)  Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang.
3)   Maintenance traksi
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins.
2.11          ASUHAN KEPERAWATAN (TEORITIS)
1.      Pengkajian
a.      Gawat Darurat
1.      Airway
Jalan napas : sumbatan berupa sputum, lendir, darah dll
2.      Breathing
Sesak : ( ) ya, dengan ( ) aktivitas ( ) tanpa aktivitas (  ) tidak ( ), Menggunakan otot tambahan : ( ) ya ( ) tidak, frekuensi ….x/mnt, irama ( ) teratur ( ) tidak teratur, kedalaman ( ) dalam ( ) dangkal, sputum ( ) putih ( ) kuning, konsistensi ( ) kental ( ) terdapat darah ( ) ya ( ) tidak,  nafas bunyi ( ) ya ( ) tidak, suara nafas ( ) vesikuler ( ) ronchi ( ) wheezing. Refleks batuk ( ) ada ( ) tidak, analiasa BGA : PH…. PCO2…..mmHg, PO2….mmHg, HCO3…..mEq/L, BE….SaO2…%
3.      Circulation
Nadi….x/mnt, ( ) tertaur TD…..mmHg,( ) tidak teratur ( ) lemah ( ) kuat,distensi vena jugularis : kiri ( ) ya ( ) tidak ( ), kanan ( ) ya ( ) tidak, akral : ( ) hangat ( ( ) dingin, warna kulit : ( ) pucat ( ) kemerahan ( ) sianosis, Capillary refill : ( ) < 3 dtk ( ) > 3 dtk,  edema : ( ) tidak ( ) ya, pada   ( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai bawah ( )seluruh tubuh.
Jantung, irama : ( ) tertur ( ) tidak tertatur, bunyi ( ) BJ I( ) BJ II ( ) murmur ( ) gallop ( ) lemah, keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-debar ( ) kesemutan ( ) keringat dingin ( ) gemetar, nyeri dada ( ) ya, timbul ( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas ( ) tidak menetap ( ) hilang timbul, karakteristik ( ) seperti ditusuk-tusuk ( ) menyebar ( ) seperti terbakar ( ) seperti tertimpa benda berat ( ) lainnya.
4.      Drugs / Disability
Tingkat kesadaran,  kekakuan otot, obat-obatan anti tetanus, antibiotik, analgetik
5.      Exposure
Sianosis : ( ) ya ( ) tidak, edema ( ) ya ( ) tidak, kemerahan ( ) ya ( ) tidak
6.      Fluid
-          Intake
IVFD
-          Out put
Perdarahan ( ) ya ( ) tidak, turgor kulit , Malaise ( ) ya ( ) tidak.
7.      Ged Vital
TD, RR, Polse, Temp
8.      Head to Toe
a.       Sistem penglihatan
Mata simetris ( ) ya ( ) tidak, luas lapang pandang penglihatan, pertumbuhan alis, kelopak mata, konjungtiva, sclera, kornea, reflex, pupil, respon cahaya.
b.      Sistem Pernafasanesadaran,
Frekuensi, batuk, suara nafas, bunyi nafas, sumbatan jalan nafas. 
c.       Sistem kardiovaskuler
TD, nadi, bunyi jantung, akral, edema ( ) ya ( ) tidak, pengisian kapiler ( ) < 3 dtk ( ) > 3 dtk.
d.      Sistem Syaraf Pusat
Tingkat kesadaran, koordinasi test hidung-jari-hidung, kekuatan otot, gaya berjalan dan keseimbangan terganggu, nevus i-XII.
e.       System gastrointestinal
Nafsu makan, mual ( ) , muntah ( ), kemampuan mengunyah ( ) kemampuan menelan ( ), mulut dan tenggorokan ( ), colon dan rectum ( ), konstipasi ( ), diare ( ).


f.       Sistem Muskuloskletal
Rentang gerak, keseimbangan dan cara berjalan, kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari, ekstremitas, akral
g.      Sistem Integumen
Warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan
h.      Sistem Perkembihan
Vesica urinaria : nyeri tekan ( ) ya ( ) tidak, urine : Jumlah, warna, frekuensi, BAB : frekuensi, konsistensi.

b.     Fraktur
Airway ;
Sputum (-), benda asing di saluran pernafasan (-), kemungkinan darah (+) tergantung daerah yang mengalami fraktur (ex : dekat dengan saluran pernapasan).
MK : Resti bersihan jalan nafas tidak efektif.
Breathing ;
Sesak nafas (-) kecuali bila mengalami perdarahan maka sesak nafas (+), bunyi nafas vesikuler, tidak ada penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, irama teratur, whezing (-), ronchi (-), stridor (-), reflek batuk (+).
MK : Tidak ada maslah keperawatan.
Circulation ;
Nadi meningkat, irama tidak teratur, tekanan darah menurun ketika terjadi perdarahan dan meningkat ketika mengalami nyeri serta ansietas, distensi vena jugularis (-), CRT > 3 detik tergatung jenis fraktur, bila perdarahan mengalami sianosis dan akral dingin, PO2  menurun, PCO2 meningkat.
MK : Resti gangguan pertukaran gas
Drugs and Disability ;
Drug : penggunaan analgetik, antibiotik, anasthesi.
Disability : penurunan kesadaran bila terjadi syok, kekuatan otot menurun.
MK : Gangguan Mobilitas Fisik
Exposure ;
Edema di sekitar fraktur, fraktur terbuka atau tertutup, nyeri, deformittas (+).
MK : Kerusakan integritas kulit, Gangguan rasa nyaman ; nyeri

Fluid ;
Perdarahan aktif / pasif (+)
MK : Kurang volume cairan dan elektrolit.
Get Vital Signs
Tekanan darah menurun ketika terjadi perdarahan dan meningkat ketika mengalami nyeri serta ansietas, Nadi : Tachicardy, Respirasi Rate meningkat, Temperature meningkat.
Head to toe
-          Aktivitas / istirahat :
      Tanda  :
      Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
-          Sirkulasi
Tanda :
Hipertensi/ hipotensi, penurunan/tidak ada nadi pada bagian yang cidera. Pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi luka


-          Neurosensori
      Gejala :
      Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, kebas/ kesemutan.
Tanda :
Depormitas lokal (angulas abnormal, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi), agitasi
-          Nyeri/ kenyamanan
Gejala  :
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera, tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme/ kram otot (setelah imbilisasi)
-          Keamanan
Tanda :
Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warn , pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

2.      Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cidera jaringan lunak, stress atau ansietas.
  2. Kerusakan integritas kulit/ jaringan b.d cedera tusuk ; fraktur terbuka, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi ekskresi/ sekret, immobilisasi fisik
  3. Disfungsi neurovaskuler perifer b.d penurunan/ interupsi aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.
  4. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah/ emboli lemak, perubahan membran alveoli/ kapilet interstisial, edema paru, kongesti.
  5. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuskular : nyeri/ ketidaknyamanan, terapi restriktif  (imobilisasi tungkai).
  6. Resti tinggi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan primer: kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan.
3.      Rencana Tindakan Keperawatan
1.      Nyeri  b.d  spasme otot,  gerakan fragmen  tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak.
Kriteria evaluasi :
-          Menyatakan nyeri hilang
-          Menunjukkan tindakan santai : mampu berpartisipasi dlaam aktivitas/ tidur/istirahat
-          Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi indivual
Intervensi dan rasionalisasi keperawatan
a.       Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi.
(Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi  tulan/ tegangan jaringan yang cidera)
b.      Tinggikan dan dukung ekstermitas yang terkena
(Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri)
c.       Evaluasi keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, perhatian lokasi dan karakteristik, termasuk intensitas (skala 0-10), perhatikan petunjuk nyeri non verbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)
(Mempengaruhi pilihan/ pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri)
d.      Selidiki adanya keluhan nyeri yang tidak biasa/ tiba-tiba atau dalam, likasi progresif/ buruk tidak hilang dengan analgesik.
(Menandakan terjadinya komplikasi, contoh : infeksi, iskemia jaringan, sindrom pompartemen)
e.       Kolaborasi :
-          Lakikan kompres dingin/ es 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan
(Menurunkan edema/ pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri)
-          Berikan obat sesuai dengan indikasi : narkotik dan analgesiknon narkotik : NSAID injeksi contoh : ketorolac
(Diberikan untuk menurunkan nyeri dan/ atau spasme otot.

2.      Kerusakan integritas kulit/ jaringan b.d cedera tusuk ; fraktur terbuka, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi ekskresi/ sekret, immobilisasi fisik
      Kriteria evaluasi :
-          Menyatakan ketidaknyamanan hilang
-          Menunjukkan perilaku/ teknik untuk mencegah kerusakan kulit/ memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
-          Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu / penyembuhan lesi terjadi
Intervensi dan rasionalisasi keperawatan :
a.           Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.
(Memberikan informasi, tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat/ atau pasangan gips/ bebat atau traksi.
b.          Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
(Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/ kerusakan jaringan)
c.           Ubah posisi dengan sering
(mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit)          
d.          Kolaborasi : pemasangan gips dengan katup tunggal, katup ganda atau jendela sesuai protokol
(Memungkinkan pengurangan tekanan dan memberikan akses ntuk perawatan luka/ kulit)

3.      Disfungsi neurovaskuler perifer b.d penurunan/ interupsi aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.
      Kriteria evaluasi :
Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi , kulit hangat/ kering, sensasi normal, sensori biasa, tanda vitak stabil, haluaran urine adekuatuntuk situasi individu.
Intervensi dan rasionalisasi keperawatan :
a.         Evaluasi adanya / kualitas nadi perifer distal terhadap cidera melalui palpasi/ doppler. Bandingkan dengan ekstermitas yang sakit.
(Penurunan/ tidak adanya nadi dapat menggambarkan cidera vaskuler dan perlu evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi)
b.         Kaji aliran kapiler , warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur
(Kembalinya warna harus cepat (3-5 detik), warna kulit putih menunjukkan gangguan anteria, sianosis diduga ada ganggguan vena)
c.         Lakukan pengkajian neuromaskular, perhatikan perubahan fungsi motor/ sensori. Minta klien untuk melokalisasi nyeri/ ketidaknyamanan
(Gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan/ penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada saraf tidak adekuat atau saraf rusak)
d.        Pertahankan peninggian ekstermitas yang cidera kecuali dikontraindikasikan dengan meyakinkan adanya sindrom kompartemen.
(Peningkatan lingkar ekstremitas yang cidera dapat diduga adanya pembengkakan jaringan/ edema umum tetapi dapat menunjukkan perdarahan)
e.         Perhatikan keluhan nyeri ekstrem untuk tipe cidera atau peningkatan nyeri pada gerakan pasif ekstremitas, terjadinya parestesia, tegangan otot/nyeri tekan dengan eritema.
(Perdarahan/ pembentukan edema berlanjut dalam otot tertutup dengan fasia ketat dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan iskemia miositesis atau sindrom kompartemen, perlu intervensi darurat untuk menghilangkan tekanan/ memperbaiki sirkulasi)
f.          Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba-tiba, contoh : penurunan suhu kulit dan peningkatan nyeri
(Dislokasi fraktur sendi dapat menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan dengan akibat hilangnya aliran darah ke distal)
g.         Dorong pasien untuk secara rutin latihan jari/ sendi distal cidera. Ambulasi sesegera mungkin.
(Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnya pada ekstremitas bawah).
h.         Awasi tanda-tanda vital. Perhatikan tanda-tanda pucat/ sianosis umum, kulit dingin, perubahan mental.
(Ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan)
i.           Kolaborasi :
-          Bebat/ buat spalk sesuai kebutuhan
(Mungkin dilakukan dalam keadaan darurat untuk menghilangkan restriksi sirkulasi yang di akibatkan oleh pembentukan edema pada ekstremitas yang cidera)
-          Kaji/ awasi tekanan intrakompartemen
(Peninggian tekanan sampai 30mmHg atau lebih menunjukkan kebutuhan evaluasi segera dan intervensi)
-          Siapkan untuk intervensi bedah
(Kegagalan untuk menghilangkan tekanan/ memperbaiki sindrom kompartemen dalam 4 sampai 6 jam dari timbulnya dapat mengakibatkan kontraktur berat/ kehilangan fungsi dan kecacatan ekstremitas distal cidera atau perlu amputasi.
4.      Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah/ emboli lemak, perubahan membran alveoli/ kapilet interstisial, edema paru, kongesti.
      Kriteria evaluasi :
Mempertahankan fungsi pernapasan adekuat, dibuktikan dengan tidak adanya dispnea/ sianosis, frekuensi pernapasan  dari GDA dalam batas normal.
Intervensi dan rasionalisasi keperawatan :
a.       Awasi frekuensi pernapasan dan upayanya
(takipnea, dispnea dan perubahan dalam mental dan tanda dini insufisiensi pernapasan dan mungkin hanya indikator terjadinya emboli paru pada tahap awal.
b.      Auskultasi bunyi napas, perhatikan terjadinya ketidaksamaan, bunyi hipersonan juga adanya gemericik/ ronki/ mengi dan aspirasi mengorok/ bunyi sesak napas.
(Perubahan dalam/ adanya bunyi adventisius menunjukkan terjadinya komplikasi pernapasan, contohnya : etelektasis).
c.       Atasi jaringan cidera/ tulang dengan lembut, khususnya selama beberapa hari pertama.
(Mencegah terjadinay emboli lemak)
d.      Instruksikan dan bantu dalam latihan napas dalam dan batuk. Reposisi dengan sering
(Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi. Reposisi meningkatkan drainase sekret dan menurunkan kongesti pada area paru dependen)
e.       Perhatikan peningkatan kegelisahan, kacau, letargi dan stupor
(Gangguan pertukaran gas/ adanya emboli paru dapat menyebabkan penyimpangan pada tingkat kesadaran)
f.       Observasi sputum untuk tanda adanya darah
(Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru)
g.      Inspeksi kulit untuk petekie di atas garis puting : pada axila, meluas ke  abdomen, mukosa mulut, palatum keras, kantung konjungtiva dan retina
(Ini adalah karakteristik yang paling nyata dari tanda emboli lemak yang tampak dalam 2-3 hari setelah cidera)
h.      Kolaborasi :
-          Bantu dalam spirometer insentif
      (Memaksimalkan ventilas/ oksigenasi dan meminimalkan atelektasis)
-          Berikan tambahan O2 bila diindikasikan
      (Meningkatkan sediaan O2  untuk oksigenasi optmal jaringan)
-          Berikan obat sesuai indiksi : Heparin dosis rendah (Blok siklus dan mencegah bertambahnya pembekuan pada adanya tromboflebitis), Kortikosteroid (mencegah/ mengatasi emboli lemak).

















DAFTAR PUSTAKA

A Doctor Brain, 2007, Trauma pada kecelakaan lalu lintas, Jakarta ; www.wikipedia.com di akses tanggal 20 September 2008.

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta ; EGC

Corwin, Elizabet.J. 2000. Buku Saku Patofisioogi. Jakarta : EGC
Doengoes, M.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC


Medical, 2008, Fraktur Pattella, Jakarta ; http://911medical.blogspot.com/2007/06/fraktur-patella.html di akses tanggal 20 September 2008.

Sylvia A. 1997. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta ; EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Jakarta : EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk Mahasiswa Keperwatan, edisi 3. Jakarta ; EGC.




            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pelatihan BT&CLS RS.Dustira pelatihan BT&CLS RS.Dustira Instaldik RS. Dustira bekerjasama dengan Yayasan Ambulan Gawa...