Jumat, 04 November 2011

Askep Hisprung


A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN
Hisprung adalah Tidak adanya sel-sel ganglion dalam relitum atau bagian relitosigmoid Kolon. (Betz, Cecily. L, 2002).
2. ETIMOLOGI
Menurut Betz, Cecily. L (2002) penyebab Hisprung sebenarnya tidak diketahui tetapi penyakit ini diduga karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan.
3. PATOFISIOLOGI

4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Betz, Cecily. L (2002) manifestasi klinis Hisprung dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Masa Veo Natal
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen.
b. Masa Bayi dan Kanak-kanak
1. Kanstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh.
5. KOMPLIKASI
Menurut Betz, Cecily. L (2002) komplikasi hisprung yaitu :
~ Gawat pernapasan (akut)
~ Entero koloitis (akut)
~ Striktura ani (pasca bedah)
~ Inkontensitas (jangka panjang).
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Betz, Cecily. L (2002) Pemeriksaan diagnostik pada Hisprung yaitu :
~ Foto abdomen
~ Enema barium
~ Biopsi rectal untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion
~ Manometriano rectal untuk mencatat respons refleks sfringter interna dan eksterna.
7. PENATALAKSANAAN
Menurut Betz, Cecily. L (2002) penatalaksanaan pada penyakit Hisprung yaitu :
~ Pembedahan
Pembedahan dilakukan dalam 2 (dua) tahap mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double-barrel sehingga tomus dan ukuran usus yang dilatsi dan hipertropi dapat kembali normal. (memerlukan waktu kira-kira 3-4 bulan). Pada umur bayi diantara 6-12 bulan (mulai beratnya antara 9 s/d 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dengan cara memotong usus aganglionik dan mengantomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 inci dari anus.
Prosedur Duhamel umumnya dilakukan u terhadap bayi yang berusia 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normalkearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus agaanglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganlionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
Pada prosedur Swenson, bagian bagian kolon yang aganglionik itu dibuang, kemudian dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfring terotomi dilakukan pada bagian posterior.
Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukan untuk mengobati penyakit Hisprung. Dinding otot dari segmen rektumdibiarkan tetap utuh, kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rekto sigmonial yang tersisa.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
~ Lakukan pengkajian fisik rutin.
~ Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat terutama yang berhubungan dengan pola defekasi.
~ Kaji status Hierasi dan nutrisi umum.
Periode bayi baru lahir.
Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir menolak untuk minum air.
Muntah berwarna empedu
Distensi Abdomen
Masa Bayi
Ketidakadekuatan penambahan BB
Konstipasi
Distensi Abdomen
Episode diare dan Muntah
Tanda-tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis)
Diare berdarah
Demam
Alergi berat
Masa Kanak-kanak (gejala lebih kronis)
Konstisipasi
Feses berbau menyengat dan seperti karbon
Distensi Abdomen
Masa fekal dapat teraba
Anak biasanya mempunyai nafsu makan dan pertambahanya buruk
Bantu dengan prosedur diagnostis dan pengkajian, misalnya :
Radiografi, Giopsi rektal, manometri anorektal.
Dx : 1. Resti cedera b/d penurunan motolitas usus
2. Perubahan proses keluarga b/d lensis situasi anak dihospitalisasi.
Dx : 1
Tujuan : Pasien disiapkan untuk prosedur pembedahan.
Kriteria hasil : Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang pembedahan dan implikasinya.
1. Intervensi : Beri enema sesuai ketentuan.
Rasional : Untuk mengosongkan usus.
2. Intervensi : Pantau dengan ketat tanda-tanda vital dan TD.
Rasional : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda syok.
3. Intervensi : Ukur dan catat lingkar abdomen.
Rasional : Karna distensi progresif merupakan tanda yang serius.
4. Intervensi : Ukur diameter abdomen yang terbesar (biasanya setinggi umbilikus).
Rasional : Untuk meyakinkan ketetapannya.
Kolaborasi
5. Intervensi : Beri cairan elektrolit sesuai ketentuan.
Rasional : untuk menstabilkan anak untuk menghadapi pembedahan.
6. Intervensi : Beri Antibiotik sistenik sesuai ketentuan.
Rasional : Untuk menurunkan flora bakteri dalam usus.
7. Intervensi : Beri Iligasi kolon antibiotik sesuai ketentuan.
Rasional : Untuk menurunkan flora bakteri dalam usus.
Dx : 2
Intervensi
Mandiri
Tujuan : Pasien (keluarga) mendapatkan dukungan yang adekuat.
Kriteria hasil : Keluarga mampu menunjukkan kemampuan dalam memberikan perawatan.
1. Dorong keluarga dan anak yang lebih besar untuk pasca operasi awal.
2. Berikan informasi yang dibutuhkan.
3. Selalu ada untuk keluarga.
4. Tetap tenang.
5. Tunjukkan sikap perhatian
1. Untuk menaikkan pengajaran tentang perawatan kolostomi dan menaikkan penerimaan anak terhadap perubahan tubuh.
2. Untuk menghilangkan rasa takut tentang ketidaktahuan.
3. Untuk memudahkan penyesuaian diri mereka.
4. Untuk menurunkan kecemasan keluarga.
5. Untuk anak.
Daftar Pustaka
Wong,Donna L,(2004), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,Edisi 4Jakarta : EGC
Betz, Cecily. L & Sowden,Linda A,(2002), Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 6, Jakarta : EG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pelatihan BT&CLS RS.Dustira pelatihan BT&CLS RS.Dustira Instaldik RS. Dustira bekerjasama dengan Yayasan Ambulan Gawa...